Lintasproyek.com (BANDUNG) – Program barak militer ala Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menulai polemic. Namun Sekretaris Daerah Jawa Barat (Sekda Jabar), Herman Suryatman, membongkar program ini.
Herman memastikan segala sesuatunya dalam program tersebut sudah terdesign. Sekalipun pembinaan karakter untuk siswa nakal di barak militer hanya berlangsung selama tiga pekan.
“Orang kan nyangkanya spontan. Ya anak-anak tawuran dan sebagainya langsung bawa ke barak. Saya kira tidak demikian,” katanya dikutip dari laman tribun jakarta.
Herman blak-blakan jika standar kompetensi untuk para siswa, standar pelatih, hingga biaya untuk pendidikan barak militer sudah dipikirkan secara matang oleh Sang Gubernur.
“Kami lakukan kaji cepat kami. Kami siapkan designnya. Standar kompetensi lulusannya, kami identifikasi, kami siapkan juga standar isinya, kurikulumnya. Kami siapkan standar prosesnya. Kemudian standar untuk pelatih, untuk pembina, untuk pendidiknya. Kemudian standar biayanya, standar saarana prasaarana, standar pengelolaannya, walaupun hanya tiga minggu kami siapkan designya,” sambungnya.
Bahkan, perjanjian kerjasama juga disiapkan termasuk kehadiran psikolog klinis.
Dedi Mulyadi pun memberikan tanggapannya terkait pernyataan orang dekatnya itu. Mantan Bupati Purwakarta ini langsung kasih paham para pengkritik kebijakan barak yang digagasnya.
Terlebih pengiriman siswa nakal ke barak ini didesak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk dihentikan sementara.
“Program untuk rakyat JawaBarat bukanlah ‘sambal dadak’. Kami memasaknya sampai matang, baru kami sajikan,” tegasnya.